MASALAH SISWA DIDALAM BELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis
kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan
menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Masalah belajar yang terjadi
dikalangan murid sering kali terjadi dan menghambat kelancaran proses belajar
siswa.
Kondisi tertentu itu dapat
berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat
juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau
cerdas.
1.2 Tujuan
Tujuan dari observasi ini adalah:
1. Untuk
mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa.
2. Untuk
mengetahui solusi apa saja yang diberikan oleh pihak BK dalam mengatasi masalah
belajar siswa.
BAB II
HASIL DAN
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Pustaka
Prayitno (1985) mengemukakan bahwa
masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi
diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. menurut
pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan
“Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Menurut Gagne (1984: 77) bahwa “belajar
adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman”. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat
diartikan atau didefinisikan sebagai berikut :
“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang
dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.
Kondisi tertentu itu dapat berkenaan
dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga
berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau
cerdas.
Dalam interaksi belajar mengajar siswa
merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang
dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan
belajar.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas,
diantaranya :
1. Learning
Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan.
2. Learning
Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan
siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan
psikologis lainnya.
3. Under Achiever mengacu kepada
siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di
atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang
telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat
unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah
sangat rendah.
4. Slow Learner
atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga
ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang
memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning
Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana
siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di
bawah potensi intelektualnya.
Faktor-Faktor yang dialami dan dihayati
oleh siswa dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar:
1. Faktor-Faktor
Internal Belajar
• Sikap Terhadap Belajar
Selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan
menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah
terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan
pembelajaran. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakan belajar.
Sikap yang salah akan membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi.
Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif.
• Motivasi
Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan
mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau
tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu
belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa
perlu diperkuat terus menerus.
• Konsentrasi Belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan
memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada
isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru
perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu
belajar serta selingan istirahat. Menurut seorang ilmuan ahli psikologis
kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh menit telah mengalami penurunan.
Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Dengan
memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat
ditingkatkan.
• Mengolah Bahan Belajar
Mengolah bahan belajar merupakan
kemampuan siswa untuk menrima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi
bermakna bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu
pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan
siswa dalam mengolah bahan pelajaran menjadi makin baik jika siswa berperan
aktif selama proses belajar.
• Kemampuan Berprestasi
Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil
belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan
hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Siswa menunjukan bahwa ia telah mampu
memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman
sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa tidak mampu
berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada
proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan,
serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
• Rasa Percaya Diri Siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan
mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya
diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar
diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang
diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat.
Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya
dirinya.
• Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar
Intelegensi merupakan suatu kecakapan
global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir
secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut
menjadi actual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan
sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh
intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya
tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu
sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk melakukan belajar
dibidang kterampilan.
• Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan
mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah
disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir
semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah
hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan
seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di
sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan
tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian siswa dengan arti belajar bagi diri
sendiri.
• Cita-Cita Siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsic
perlu didikan. Didikan memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil.
Cita-cita merupakan harapan besar bagi siswa sehingga siswa selalu termotivasi
untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan
mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka siswa
diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.
2. Faktor-Faktor
Eksternal Belajar
Faktor-faktor eksternal tersebut adalah
sebagai berikut:
•
Guru Sebagai
Pembina Siswa Belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik . Ia
tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga
menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah
seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu.
Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh.
Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi
masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.
•
Prasarana Dan
Sarana Pembelajaran
Lengkapnya sarana dan prasarana
pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti
bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses
pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan
prasaranapembelajaran sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan
baik.
•
Lingkungan
Sosial Siswa Di Sekolah
Tiap siswa dalam lingkungan sosial
memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan
tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan
tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi,
bersaing, konflik atau perkelahian.
•
Kurikulum
Sekolah
Kurikulum yang diberlakukan di sekolah
adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau yayasan
pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan
kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan
akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu
menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah
seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah,
kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.
3.
Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
Kesulitan belajar ini merupakan suatu
gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan (manifestasi). Karena guru
bertanggung jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia seharusnya memahami
manifestasi gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan dasar
dalam usaha memberikan bantuan kepada murid yang mengalami kesulitan belajar.
Pada garis besarnya sebab-sebab
timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori
yaitu :
1)
Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri
), antara lain:
•
Gangguan secara
fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan
panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan
sebagainya ).
•
Ketidakseimbangan
mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), pertimenampakkan kurangnya
kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.
•
Kelemahan
emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri
(maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta
ketidakmatangan emosi.
•
Kelemahan yang
disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat
terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak
mengikuti pelajaran.
2) Faktor
Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu :
a). Sekolah, antara lain :
·
Sifat kurikulum
yang kurang fleksibel
·
Terlalu berat
beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)
·
Metode mengajar
yang kurang memadai
·
Kurangnya alat
dan sumber untuk kegiatan belajar
b). Keluarga (rumah), antara lain :
·
Keluarga tidak
utuh atau kurang harmonis.
·
Sikap orang tua
yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
·
Keadaan
ekonomi.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa
lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai
usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid
menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri
muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui
contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan
ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri
yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang
akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa
kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau
kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar.
Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari
sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan
belajar adalah :
1) Identifikasi
masalah siswa
2) Diagnosa
3) Prognosa
4) Pemberian
Bantuan
5) Follow up
(tindak lanjut)
Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Belajar :
1. Perhatikan Mood
2. Siapkan Ruang Belajar
3. Komunikasi
4. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami
kesulitan belajar.
5. Mengalokasikan letaknya kesulitan atau permasalahannya
6. Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang
menyebabkan mengalami berbagai kesulitan.
7. Memperkirakan alternatif pertolongan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil observasi yang kita lakukan, dapat kita
ketahui bahwa ada 2 faktor yang dapat membuat siswa mengalami kesulitan dalam
pembelajaran, yaitu:
·
Faktor
internal belajar siswa, meliputi sikap siswa dalam belajar, motivasi belajar
siswa, konsentrasi siswa, cara mengolah pembelajaran, rasa percaya diri siswa,
kebiasaan belajar, dan cita-cita siswa.
·
Faktor
eksternal belajar siswa, meliputi guru sebagai pembina siswa belajar, sarana
dan prasarana, lingkungan siswa di sekolah dan kurikulum sekolah.
Adapun solusi
yang diberikan oleh pihak BK (Bimbingan Konseling) dalam mengatasi masalah
belajar siswa, yaitu :
·
Melakukan
pendekatan terhadap siswa
·
Pencarian data
tentang masalah yaitu dengan berkomunikasi dengan orang tua siswa dan wali
kelas.
·
Melakukan
konsultasi secara privat.
3.2 Saran
Agar proses belajar mengajar siswa dapat berlangsung
secara optimal, diperlukan pendekatan yang lebih intensif dari guru BK.
Sehingga siswa dapat terus terpantau bagaimana perkembangannya dalam proses
pembelajaran.
0 Response to MASALAH SISWA DIDALAM BELAJAR
Posting Komentar