perkembangan pendidikan pada abad pertengahan



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan masalah ini.
Berikut ini, penulis persembahkan sebuah makalah (karya tulis) yang berjudul “perkembangan pendidikan pada abad pertengahan”. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis sendiri.
Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah ini, penulis mohon maaf, karna penulis sendiri dalam tahap belajar. Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih, kepada para pembaca. Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.

DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
BAB II Perkembangan Pendidikan Abad Pertengahan
Masa Renaissance
Pendidikan pada Masa Realisme
Pendidikan Masa Pencerahan (Aufklarung)
BAB III Penutup
Kesimpulan saran


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan Abad Pertengahan adalah tentang pendidikan yang dilaksanakan dalam periode abad pertengahan. Medieval pendidikan dipandang sebagai bentuk yang tidak biasa cukup pendidikan. Namun, pada abad ke-15, terdapat opsi bagi seorang siswa untuk dididik lebih lanjut. Beberapa sekolah bahkan bertempat kedua jenis kelamin, tapi ini siang hari saja. Anak-anak diajarkan dasar-dasar mereka, seperti bagaimana membaca dan menulis. Hal ini karena ini adalah persyaratan dasar jika mereka ingin diterima dalam magang di guild apapun.
pendidikan Abad Pertengahan juga terdiri dari anak-anak petani pergi ke sekolah. Namun, mereka terdiri jumlah yang sangat kecil. Mereka diajarkan bagaimana membaca dan menulis, dan juga belajar matematika dasar. Ini pendidikan bagi petani biasanya dilakukan di sebuah biara.
Sebagai bagian dari pendidikan abad pertengahan, perempuan mulia dan anak laki-laki bahkan dikirim untuk belajar di nunneries. Di sana, mereka akan menerima pendidikan dasar mereka. Para biarawati ini mengajarkan siswa bagaimana membaca dan menulis juga. Mereka juga akan mengajar mereka cara berdoa. Girls tambahan diajarkan bagaimana spin dan melakukan menjahit tengah keterampilan dalam negeri lainnya. http://www.360career.com Ini adalah ditanamkan dalam rangka mempersiapkan mereka untuk kehidupan selanjutnya, karena ini adalah keterampilan dasar yang diperlukan ketika seorang wanita menikah.
Jika seorang anak membawanya pendidikan atau serius di biara, dia akan memiliki kehidupan monastik. Namun, ini cukup langka untuk orang kota rata-rata atau petani. Juga, orang-orang ini akan dipilih dengan cermat untuk peringkat tersebut. Jika mereka dianggap cocok sesuai dengan sikap mereka, mereka akan dibawa oleh para biarawan.
Hari ini, praktik pendidikan abad pertengahan masih terlihat. Biara yang sama siswa pendidikan diberikan adalah refleksi jelas dari itu. Pendidikan bahwa anak-anak terima di sekolah-sekolah misionaris di berbagai belahan dunia juga mencerminkan bentuk semacam pendidikan. Perbedaan utama yang terlihat adalah adanya luas buku. Pada abad pertengahan, ada banyak sekolah yang beroperasi tanpa menggunakan buku. Siswa diajar oleh master terampil, dan sering dididik untuk imbalan meragukan. Orang kaya atau orang lain yang tidak menyediakan pendidikan di abad pertengahan melakukannya untuk keuntungan pribadi mereka. Ada sangat sedikit yang benar-benar ingin mendidik orang dalam semangat sejati lebih mencerahkan pikiran.
Seiring waktu telah berlalu, beberapa aspek pendidikan abad pertengahan telah pudar sementara yang lain tetap. Dapat dikatakan bahwa aspek-aspek pendidikan abad pertengahan yang berguna untuk tujuan pendidikan tetap. Terlepas dari beberapa karakteristik yang tersisa, keseluruhan proses telah berubah banyak. Hal ini karena pendidikan tidak bisa memiliki wajah yang sama seperti yang dilakukan ratusan tahun yang lalu. pendidikan hari ini berbeda dari pendidikan abad pertengahan dalam banyak hal. Misalnya, Anda memiliki dimasukkannya kerja kelompok dan kegiatan pembelajaran berbasis. Anda juga memiliki dimasukkannya komputer untuk pendidikan di zaman modern. Tak seorang pun di masa abad pertengahan akan pernah merenungkan penggunaan item tersebut.
Perkembangan penting lainnya untuk disebutkan, dan salah satu yang digunakan hampir di seluruh dunia adalah metode Montessori. Ini adalah sesuatu yang tidak ada dalam periode abad pertengahan, dan butuh waktu bertahun-tahun untuk itu harus dipopulerkan sejak Maria Montessori pertama kali menggunakannya. Memang, Metode Montessori tidak dapat disamakan dengan setiap metode abad pertengahan pendidikan. Ini dikembangkan secara independen sebagai metode pengajaran yang inovatif. Selain Metode Montessori, ada area pengajaran lainnya hari ini yang telah dikembangkan tanpa pengaruh pendidikan abad pertengahan.
Meskipun pendidikan abad pertengahan telah memberikan dasar untuk pendidikan formal, beberapa orang lebih memilih untuk menyangkal metode pendidikan abad pertengahan pinjaman yang diberikan. Mereka percaya bahwa metode formal siswa yang duduk di kelas akan berkembang kemudian tetap, apakah pendidikan abad pertengahan digunakan pengaturan ini atau tidak. Hal ini masuk akal karena terpikirkan untuk setiap pengaturan lain untuk digunakan. Hal ini lebih jauh berpendapat bahwa lebih mungkin bahwa ini akan menjadi kasus dalam pendidikan modern karena interaksi siswa dianjurkan. Untuk interaksi mahasiswa lebih baik, ruang kelas sejumlah siswa akan cocok telah direkomendasikan. Terlepas dari argumen ini, kita masih menemukan banyak jejak pendidikan abad pertengahan di setup modern kita saat ini.
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
  1. Apa saja yang ada di dalam perkembangan pendidikan pada masa abad pertengahan?
  2. Masa apa saja yang berkaitan pada perkembangan pendidikan pada abad pertengahan?
C.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah memberikan informasi tentang apa saja yang ada pada perkembangan pendidikan di abad pertengahan.



BAB II
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ABAD PERTENGAHAN

A.    MASA RENAISSANCE
Renaissance adalah gerakan maknawiyah, yang merupakan reaksi terhadap sikap hidup abad pertengahan. Renaissance (kelahiran kembali) kebudayaan klasik. Orang kembali mempelajari bahasa latin dan Yunani serta filsafatnya. Ciri dari masa ini adalah manusia ingin bebas dari ikatan abad pertengahan dan berusaha mencari pedoman baru dalam kebebasan individu. Cita-cita menjadi pendeta mulai ditinggalkan, mengarah pada masa kejayaan Republik Romawi. Cita-cita tersebut mendorong dipelajarinya berbagai pengetahuan. Berbagai aliran muncul pada masa ini, seperti: humanisme, reformasi, dan kontra reformasi.
  1. Humanisme
Lahir di Italia, pelopornya Petrarca dan Bocaccio. Dalam aliran humanisme, Tuhan sebagai pusat norma tertinggi ditinggalkan, cita-cita manusia dicari pada diri manusia sendiri. Ukuran kebenaran, kesusilaan, keindahan, dicari dan didapatkan pada manusia. Dampak bagi pendidikan dan pengajaran: alat pendidikan yang terpenting adalah mempelajari peradaban klasik.
Tujuan utama pengajaran mempelajari peradaban klasik, bahasa Yunani dan bahasa Latin. Pendidikan jasmani juga mendapat tempat terhormat. Akibatnya, pendidikan intelek mempunyai tempat yang terhormat dan menjadi maju, sedangkan pendidikan agama menjadi terbelakang. Dasar pendidikan etika tidak lagi agama, tetapi etika alam.
Tujuan pendidikan diarahkan pada pembentukan manusia berani, bebas, dan gembira. Berani diartikan sebagai percaya kepada diri sendiri, bukan taat kepada kekuasaan Tuhan seperti jaman pertengahan. Berani pula untuk memperoleh kemashuran yang telah dicita-citakan oleh ahli filsafat pada jaman Yunani dan Romawi. Bebas diartikan lepas dari ikatan gereja dan tradisi, berkembang selaras, individualistis, bukan manusia kolektifistis seperti pada abad pertengahan. Gembira berarti menunjukkan dirinya kepada kenikmatan duniawi, bukan kepada keakhiratan seperti abad pertengahan.
Pengaruh humanisme dalam organisasi sekolah: orang berpendapat bahwa negara harus turut campur dalam pengelolaannya. Pengaruh dalam penetapan bahan pelajaran: terdiri dari artes liberalis yang 7, dengan ditambah ilmu alam, menggambar, dan puisi.
  1. Reformasi
Awalnya muncul di Jerman, dipelopori oleh Luther dan Calvijn. Reformasi merupakan reaksi terhadap tindakan gereja yang pada masa itu membebani rakyat dengan bermacam pajak. Penagnut aliran ini ingin kembali pada ajaran nasrani, dan hanya mengakui injil sebagai satu-satunya sumber kepercayaan. Mereka menyangkal kekuasaan Paus dan konsili-konsili (permusyawaratan gereja), karena pertentangan itulah mereka disebut kaum protestan.
Berbeda dengan humanisme yang bersifat aristokratis (tertuju hanya kepada lapisan atas), dan membentuk sarjana; reformasi bersifat lebih demokratis, tertuju kepada seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal kepentingan, humanisme lebih tertuju pada kepentingan ilmu pengetahuan, estetika dan filsafat, sedangkan dalam reformasi mengutamakan kepentingan agama dan tidak setuju dengan filsafat Yunani. Bagi reformasi, bahasa latin dan Yunani hanya untuk memahami injil. Beberapa tokoh reformasi:
Luther
Merupakan seorang reformator dari Jerman. Pemikirannya dalam pendidikan:
a.       semua anak harus mengunjungi sekolah;
b.      anak-anak belajar hanya beberapa jam sehari, selebihnya waktu digunakan untuk mempelajari pekerjaan tangan;
c.       anak perempuan belajar satu jam dalam sehari, selebihnya mereka mengerjakan pekerjaan rumah tangga;
d.      anak-anak miskin yang betul-betul pintar saja yang disuruh belajar;
e.       posisi guru dihargai tinggi;
f.       pelajaran agama dianggap sebagai pelajaran paling penting.
Dalam karyanya, luther menterjemahkan injil dalam bahasa Jerman dan memberikan lagu-lagu agama. Dalam perjuangannya ia banyak mendapat bantuan dari raja-raja yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Paus Roma. Dalam penyelenggaraan pendidikan, negara ikut bertanggungjawab atas pengajaran, bukan lagi gereja seperti pada agama Katolik.
Calvijn
Dalam buku-bukunya ia banyak mengungkapkan tentang pentingnya pendidikan, serta pengaruhnya di dalam rumah tangga dan pendidikan agama. Dalam hal bahasa, Calvijn lebih mementingkan pelajaran bahasa latin. Di Geneva didirikan sebuah gymnasium yang juga memberikan pelajaran rendah dan satu sekolah tinggi.
Zwingli
Daerah yang dipengaruhi Zwingli lebih kecil dibandingkan Luther maupun Calvijn. Dalam paham paedagogisnya, pelajaran bahasa klasik adalah penting. Ilmu pengetahuan dan ilmu pasti harus diajarkan, tetapi tidak boleh mengambil waktu terlalu banyak. Pendapatnya yang baru adalah bahwa setiap murid harus mempelajari satu pekerjaan tangan. Ia mendirikan sekolah di Zurich, yang kemudian menjadi universitas.
  1. Kontra Reformasi
Renaissance dialami pula oleh gereja katolik, yang disebut sebagai kontra reformasi. Hal ini disebabkan oleh konsili di Trente (1543-1563) yang memutuskan akan memperbaiki keadaan dan menjalankan disiplin yang keras terhadap peraturan-peraturan gereja serta membela diri terhadap serangan-serangan kaum protestan. Dalam konsili itu dibicarakan juga usaha-usaha untuk memperluas pendidikan dan pengajaran. Para uskup harus mendirikan sekolah-sekolah seminari untuk memberi kesempatan anak-anak dari keluarga kurang mampu bisa masuk dengan gratis, untuk mendidik calon pendeta, mengajarkan agama kepada anak-anak dan orang dewasa dalam bahasa ibu.
Organisasinya disusun seperti susunan ketentaraan dengan paus sebagai “jenderalnya”. Biara menjadi sumber semangat perang untuk memberantas keingkaran orang terhadap agama serta memperluas pengaruh agama katolik dan memperkokoh kedudukan paus. Sekolah-sekolah banyak didirikan, mulai dari sekolah rendah sampai dengan universitas.
Mazhab Yezuit di bawah pimpinan Ignatius de Loyola menjadi pelopor dalam dunia pendidikan. rencana pendidikan kaum Yezuit tertera dalam “ratio studiorum”
B.     PENDIDIKAN PADA MASA REALISME
Aliran realisme muncul dalam bidang pendidikan kurang lebih tahun 1600. Aliran ini bertujuan untuk:
  1. meninggalkan cara-cara pembentukan secara klasik, seperti yang dianjurkan oleh humanisme;
  2. mengarahkan perhatian kepada dunia nyata, kepada alam dan benda-benda yang sebenarnya
aliran ini muncul disebabkan oleh:
  1. munculnya ilmu-ilmu kealaman; dan
  2. ambruknya sistim pengajaran yang bersifat humanistis.
Karena realisme inilah, dunia pengetahuan yang sampai saat itu masih terpengaruh oleh ajaran Aristoteles mulai goyah.
Munculnya ilmu-ilmu kealaman disebabkan karena manusia berambisi membongkar segala rahasia-rahasia alam. Manusia mulai mempergunakan fikirannya dengan lebih mendalam. Segala peristiwa alam diselidiki dan diamati. Maka muncullah penemuan-penemuan hebat, seperti penemuan Copernicus yang menyatakan bahwa dunia ini berputar mengelilingi matahari (bertentangan dengan pendapat sebelumnya, yaitu Ptolomaeus bahwa bumilah yang menjadi pusat semesta alam). Banyak musafir yang menjelajah ke segala jurusan untuk menemukan benua-benua baru. ketidaksanggupan ilmu-ilmu klasik dalam menerangkan kenyataan-kenyataan itulah, maka dicari jalan baru.
Tokoh yang berperan pada masa ini adalah:
Francis Bacon (1561-1626)
Idenya dalam pendidikan adalah:
a.       usaha-usaha untuk mencari metode baru;
b.      penggunaan metode induksi;
c.       penghargaan besar terhadap matapelajaran-matapelajaran realita: ilmu bumi, ilmu ayat, ilmu alam;
d.      penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar, nukan bahasa latin lagi.
Johan Amos Comenius (1592-1671)
Hasil karyanya yang terkenal adalah DIDACTICA MAGNA, yang menjelaskan tentang:
  1. tujuan pendidikan: pendidikan hendaknya diarahkan pada kehidupan di alam baka, dicapai dengan pembentukan ilmiah dan pendidikan budi pekerti serta kesalehan;
  2. metode: pendidikan harus disesuaikan dengan alam;
  3. hukum didaktik: kepastian; urutan yang tepat; kelancaran belajar; dan kecepatan belajar;
  4. pendidikan kesusilaan didasarkan pada ajaran-ajaran agama, bertujuan mencapai 4 kebajikan dari Plato (budi, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan).
C.    PENDIDIKAN MASA PENCERAHAN (AUFKLARUNG)
Gejala-gejala baru muncul pada abad ke-18, terutama pada pertengahan kedua dari abad itu. Seluruh kegiatan manusia saat itu ditujukan kepada usaha mengadakan pencerahan terhadap abad kegelapan. Abad kegelapan adalah ialah abad pertengahan, yang roh jamannya dianggap berakhir setelah abad ke-18 tiba.
Pada masa ini manusia ingin bebas dari ikatan gereja dan tradisi, hasilnya gereja dan negara terpisah. Dalam pendidikan, dituntut agar negara yang harus menyelenggarakan pengajaran, terutama bagi rakyat umum, lepas sama sekali dari pengaruh gereja (tuntutan ini baru berhasil pada akhir abad ke-19).
Seluruh gerakan rohaniah dalam pelbagai lapangan itulah yang disebut sebagai Pencerahan, yang telah menguasai alam pikiran orang di Eropa Barat pada abad ke-18 dan ke-19. dua aliran maknawiyah yang berkembang dan saling mempengaruhi saat itu adalah:
1.      Empirisme
Aliran ini beranggapan bahwa sumber dari segala pengetahuan dan kebenaran adalah empiri atau pengalaman. Segala sesuatu harus dicari dari bahan-bahan yang telah kita peroleh dari pengalaman kita sendiri. Paham ini berasal dari Inggris, dipelopori oleh Francis Bacon (1561-1626).
Dalam paham ini, barangsiapa yang menghendaki ilmu pengetahuan harus mengadakan penyelidikan sendiri. Ia harus mencari gejala-gejalanya, kemudian menyusunnya dengan teliti dan dengan menempuh jalan induksi sampai pada hukum-hukum yang umum. Oleh karena itu empiri dan induksi merupakan satu-satunya jalan untuk memperoleh pengetahuan. Dengan penyelidikan sendiri, pengamatan fakta-fakta dan pengalaman adalah terbesar maknanya. Aliran ini kemudian lebih diperluas dan diuraikan oleh kaum empiris bangsa Inggris lainnya, seperti John Locke, Berkeley, dan Hume.
2.      Rationalisme
Aliran ini lahir di Prancis dan Descartes (1596-1650), berpendapat bahwa sesuatu itu dianggap benar jika sesuai dengan akal fikiran. Fikiran manusia akan sanggup memecahkan segala persoalan. Untuk menuju ke arah kemajuan dan kesempurnaan, ditempuh jalan fikiran yang sehat.
Rationalisme merupakan kelanjutan dari perlawanan terhadap ajaran-ajaran yang bersifat dogmatis dan tradisi, yang mulai tampak pada abad ke-15 dan ke-16. menurut rationalisme, pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pengamatan alat dria (induksi) masih diragukan kebenarannya. Yang jelas dapat dipercaya adalah kenyataan, bahwa manusia itu berpikir. Ia berpikir dengan akalnya, maka akal budinya itulah yang berkuasa dalam hidupnya.
Penyebab manusia berpikir tidak terletak pada manusia sendiri, tetapi pada Tuhan. Yang mengatakan hal itu adalah budi atau akal kita. Budi itulah yang menetapkan norma-norma hidup. Rationalisme menempatkan budi itu di atas wahyu Ilahi. Budi menetapkan apa yang dapat kita terima dan apa yang tidak, juga di lapangan agama.
Beberapa ahli pendidikan besar yang menguasai paedagogik (ilmu mendidik) pada abad ke-18 di antaranya adalah:
John Locke
Sistem pendidikannya sesuai dengan teori tabula-rasa, percaya bahwa pendidikan itu maha kuasa. Jiwa seorang anak sama dengan sehelai kertas putih yang kosong, yang dapat ditulisi sekehendak hati oleh pendidik, sehingga semua pengetahuan datang dari luar karena pengaruh faktor-faktor lingkungan. Locke tidak mempermasalahkan sama sekali pengaruh pembawaan si anak. Dalam paedagogik, aliran ini disebut Paedagogis optimisme, sebagai lawan dari paedagogis pessimisme (nativisme) yang menganggap bahwa perkembangan jiwa itu adalah hasil daripada faktor pembawaan belaka. Bagi Locke bentuk pengajaran yang terbaik adalah belajar sambil bermain. Nilai formil lebih penting daripada nilai materiil, oleh karena itu Locke lebih mengutamakan pembentukan kesusilaan daripada pembentukan akal.
Dalam pendidikan kesusilaan, manusia itu harus selalu dapat menguasai diri sendiri dan memiliki rasa harga diri. Sejak kecil anak harus dibiasakan berbuat baik, untuk itu
pendidik hendaknya memegang teguh kewibawaannya. Ia tidak setuju dengan hukuman jasmani dan pemeberian hukuman.
Dalam pendidikan agama, Locke memperingatkan agar pelaksanaan pendidikan keagamaan tidak berlebih-lebihan. Ia menganggap injil tidak tepat bagi anak-anak, kecuali beberapa ceritera sebagai bahan bacaan anak-anak. Pengaruh Locke di Inggris tampak di sekolah-sekolah bagi anak-anak bangsawan (public school). Ajaran dan cita-citanya sebagian kita jumpai lagi pada Rousseau dan kaum Philanthropijn.
J.J. Rousseau (1712-1778)
Cita-cita pendidikan Rousseau kita jumpai dalam bukunya “Emile”, yang ditulisnya bagi golongan bangsawan dan kaum terpelajar. Ketika itu anak-anak golongan tersebut mendapat pendidikan dari gubernur-gubernur, yang tidak mengenal perkembangan anak yang sewajarnya dan tidak memberikan kebebasan.
Tujuan pendidikan menurutnya adalah membentuk manusia yang bebas dan merdeka. Sifat pendidikan yang dijalankan individualistis, anak harus dijauhkan dari pengaruh masyarakat, bahkan dari pengaruh orang tuanya.
Dasar pendidikannya adalah pembawaan anak yang baik. Ia percaya bahwa anak sejak lahir berpembawaan baik. Jika kelak anak itu berkelakuan buruk, hal itu disebabkan karena adanya pengaruh-pengaruh jahat dari dunia sekitar/lingkungannya.

BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN
Perkembangan pendidikan di abad pertengahan memiliki tiga tahap masa perkembangan. “Masa Renaissance yang memiliki 3 aliran antara lainhumanisme, reformasi, dan kontra reformasi”, “Masa Realisme” &  “Masa Pencerahan (Aufklarung) yang memiliki 2 aliran antara lain: Empirisme dan Rationalisme”
B.     SARAN
Pendidikan pada masa abad pertengahan merupakan gambaran tentang sejarah perkembangannya sebuah pendidikan yang kita alami sekarang, jelas sudah bahwa selalu terjadi pembaharuan dari setiap masa kemasa dengan tujuan yang sama adalah demi meningkatkan kualitas manusia. Saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan dan kemanfaatan penulisan ini, akhirkata penulis mengucapkan terima kasih. Wassallam.






DAFTAR PUSTAKA

Beeby, C.E. (1982). Pendidikan di Indonesia, Penilaian dan Pedoman Perencanaan. Jakarta: LemLit Pendidikan&Penerangan Eko&Sos
Dyah Kumalasari. (2007). Dinamika Pendidikan Indonesia Pada Masa Kolonial. Jurnal Istoria. Yogyakarta: Pendidikan Sejarah FISE UNY
I. Djumhur. (1974). Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu
M. Ngalim Purwanto. (2002). Ilmu Pendidikan, Teoretis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mansur, Dahlan, dan M.Said. (1989). Mendidik dari Zaman ke Zaman. Jakarta: PT.Rajawali Press
Palmer.A.Joy. (2003). 50 Pemikir Pendidikan: Dari Piaget Sampai Masa Sekarang. Yogyakarta: Jendela
Soegiono. (1993). Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia. Jakarta: CV. Ilmu
UU. No. 20 Tahun 2003
Zuhairini, dkk. (1997). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

0 Response to perkembangan pendidikan pada abad pertengahan

Posting Komentar