perkembangan pendidikan pada abad pertengahan
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua, terutama
kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan masalah ini.
Berikut ini, penulis
persembahkan sebuah makalah (karya tulis) yang berjudul “perkembangan
pendidikan pada abad pertengahan”. Penulis mengharapkan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis sendiri.
Kepada pembaca yang
budiman, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan dalam makalah ini, penulis mohon
maaf, karna penulis sendiri dalam tahap belajar. Dengan demikian, tak lupa
penulis ucapkan terimakasih, kepada para pembaca. Semoga Allah memberkahi
makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.
DAFTAR
ISI
Cover
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB
I Pendahuluan
Latar
Belakang
Rumusan
Masalah
Tujuan
Penulisan
BAB
II Perkembangan Pendidikan Abad Pertengahan
Masa
Renaissance
Pendidikan
pada Masa Realisme
Pendidikan
Masa Pencerahan (Aufklarung)
BAB
III Penutup
Kesimpulan
saran
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan Abad Pertengahan adalah tentang
pendidikan yang dilaksanakan dalam periode abad pertengahan. Medieval
pendidikan dipandang sebagai bentuk yang tidak biasa cukup pendidikan. Namun,
pada abad ke-15, terdapat opsi bagi seorang siswa untuk dididik lebih lanjut.
Beberapa sekolah bahkan bertempat kedua jenis kelamin, tapi ini siang hari
saja. Anak-anak diajarkan dasar-dasar mereka, seperti bagaimana membaca dan
menulis. Hal ini karena ini adalah persyaratan dasar jika mereka ingin diterima
dalam magang di guild apapun.
pendidikan Abad Pertengahan juga terdiri dari
anak-anak petani pergi ke sekolah. Namun, mereka terdiri jumlah yang sangat
kecil. Mereka diajarkan bagaimana membaca dan menulis, dan juga belajar
matematika dasar. Ini pendidikan bagi petani biasanya dilakukan di sebuah
biara.
Sebagai bagian dari pendidikan abad pertengahan,
perempuan mulia dan anak laki-laki bahkan dikirim untuk belajar di nunneries.
Di sana, mereka akan menerima pendidikan dasar mereka. Para biarawati ini
mengajarkan siswa bagaimana membaca dan menulis juga. Mereka juga akan mengajar
mereka cara berdoa. Girls tambahan diajarkan bagaimana spin dan melakukan
menjahit tengah keterampilan dalam negeri lainnya. http://www.360career.com Ini
adalah ditanamkan dalam rangka mempersiapkan mereka untuk kehidupan
selanjutnya, karena ini adalah keterampilan dasar yang diperlukan ketika
seorang wanita menikah.
Jika seorang anak membawanya pendidikan atau serius
di biara, dia akan memiliki kehidupan monastik. Namun, ini cukup langka untuk orang
kota rata-rata atau petani. Juga, orang-orang ini akan dipilih dengan cermat
untuk peringkat tersebut. Jika mereka dianggap cocok sesuai dengan sikap
mereka, mereka akan dibawa oleh para biarawan.
Hari ini, praktik pendidikan abad pertengahan masih
terlihat. Biara yang sama siswa pendidikan diberikan adalah refleksi jelas dari
itu. Pendidikan bahwa anak-anak terima di sekolah-sekolah misionaris di
berbagai belahan dunia juga mencerminkan bentuk semacam pendidikan. Perbedaan
utama yang terlihat adalah adanya luas buku. Pada abad pertengahan, ada banyak
sekolah yang beroperasi tanpa menggunakan buku. Siswa diajar oleh master
terampil, dan sering dididik untuk imbalan meragukan. Orang kaya atau orang
lain yang tidak menyediakan pendidikan di abad pertengahan melakukannya untuk
keuntungan pribadi mereka. Ada sangat sedikit yang benar-benar ingin mendidik
orang dalam semangat sejati lebih mencerahkan pikiran.
Seiring waktu telah berlalu, beberapa aspek
pendidikan abad pertengahan telah pudar sementara yang lain tetap. Dapat
dikatakan bahwa aspek-aspek pendidikan abad pertengahan yang berguna untuk
tujuan pendidikan tetap. Terlepas dari beberapa karakteristik yang tersisa,
keseluruhan proses telah berubah banyak. Hal ini karena pendidikan tidak bisa
memiliki wajah yang sama seperti yang dilakukan ratusan tahun yang lalu.
pendidikan hari ini berbeda dari pendidikan abad pertengahan dalam banyak hal.
Misalnya, Anda memiliki dimasukkannya kerja kelompok dan kegiatan pembelajaran
berbasis. Anda juga memiliki dimasukkannya komputer untuk pendidikan di zaman
modern. Tak seorang pun di masa abad pertengahan akan pernah merenungkan
penggunaan item tersebut.
Perkembangan penting lainnya untuk disebutkan, dan
salah satu yang digunakan hampir di seluruh dunia adalah metode Montessori. Ini
adalah sesuatu yang tidak ada dalam periode abad pertengahan, dan butuh waktu
bertahun-tahun untuk itu harus dipopulerkan sejak Maria Montessori pertama kali
menggunakannya. Memang, Metode Montessori tidak dapat disamakan dengan setiap metode
abad pertengahan pendidikan. Ini dikembangkan secara independen sebagai metode
pengajaran yang inovatif. Selain Metode Montessori, ada area pengajaran lainnya
hari ini yang telah dikembangkan tanpa pengaruh pendidikan abad pertengahan.
Meskipun pendidikan abad pertengahan telah
memberikan dasar untuk pendidikan formal, beberapa orang lebih memilih untuk
menyangkal metode pendidikan abad pertengahan pinjaman yang diberikan. Mereka
percaya bahwa metode formal siswa yang duduk di kelas akan berkembang kemudian
tetap, apakah pendidikan abad pertengahan digunakan pengaturan ini atau tidak.
Hal ini masuk akal karena terpikirkan untuk setiap pengaturan lain untuk
digunakan. Hal ini lebih jauh berpendapat bahwa lebih mungkin bahwa ini akan
menjadi kasus dalam pendidikan modern karena interaksi siswa dianjurkan. Untuk
interaksi mahasiswa lebih baik, ruang kelas sejumlah siswa akan cocok telah
direkomendasikan. Terlepas dari argumen ini, kita masih menemukan banyak jejak
pendidikan abad pertengahan di setup modern kita saat ini.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan permasalahan diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
- Apa saja yang ada di dalam perkembangan pendidikan pada masa abad pertengahan?
- Masa apa saja yang berkaitan pada perkembangan pendidikan pada abad pertengahan?
C.
TUJUAN
PENULISAN
Adapun
tujuan dari penulisan ini adalah memberikan informasi tentang apa saja yang ada
pada perkembangan pendidikan di abad pertengahan.
BAB
II
PERKEMBANGAN
PENDIDIKAN ABAD PERTENGAHAN
A.
MASA
RENAISSANCE
Renaissance adalah gerakan maknawiyah, yang
merupakan reaksi terhadap sikap hidup abad pertengahan. Renaissance (kelahiran
kembali) kebudayaan klasik. Orang kembali mempelajari bahasa latin dan Yunani
serta filsafatnya. Ciri dari masa ini adalah manusia ingin bebas dari ikatan
abad pertengahan dan berusaha mencari pedoman baru dalam kebebasan individu.
Cita-cita menjadi pendeta mulai ditinggalkan, mengarah pada masa kejayaan
Republik Romawi. Cita-cita tersebut mendorong dipelajarinya berbagai
pengetahuan. Berbagai aliran muncul pada masa ini, seperti: humanisme,
reformasi, dan kontra reformasi.
- Humanisme
Lahir di Italia, pelopornya Petrarca dan Bocaccio.
Dalam aliran humanisme, Tuhan sebagai pusat norma tertinggi ditinggalkan,
cita-cita manusia dicari pada diri manusia sendiri. Ukuran kebenaran,
kesusilaan, keindahan, dicari dan didapatkan pada manusia. Dampak bagi
pendidikan dan pengajaran: alat pendidikan yang terpenting adalah mempelajari
peradaban klasik.
Tujuan utama pengajaran mempelajari peradaban
klasik, bahasa Yunani dan bahasa Latin. Pendidikan jasmani juga mendapat tempat
terhormat. Akibatnya, pendidikan intelek mempunyai tempat yang terhormat dan
menjadi maju, sedangkan pendidikan agama menjadi terbelakang. Dasar pendidikan
etika tidak lagi agama, tetapi etika alam.
Tujuan pendidikan diarahkan pada pembentukan manusia
berani, bebas, dan gembira. Berani diartikan sebagai percaya kepada diri
sendiri, bukan taat kepada kekuasaan Tuhan seperti jaman pertengahan. Berani
pula untuk memperoleh kemashuran yang telah dicita-citakan oleh ahli filsafat
pada jaman Yunani dan Romawi. Bebas diartikan lepas dari ikatan gereja dan
tradisi, berkembang selaras, individualistis, bukan manusia kolektifistis
seperti pada abad pertengahan. Gembira berarti menunjukkan dirinya kepada
kenikmatan duniawi, bukan kepada keakhiratan seperti abad pertengahan.
Pengaruh humanisme dalam organisasi sekolah: orang
berpendapat bahwa negara harus turut campur dalam pengelolaannya. Pengaruh
dalam penetapan bahan pelajaran: terdiri dari artes liberalis yang 7, dengan
ditambah ilmu alam, menggambar, dan puisi.
- Reformasi
Awalnya muncul di Jerman, dipelopori oleh Luther dan
Calvijn. Reformasi merupakan reaksi terhadap tindakan gereja yang pada masa itu
membebani rakyat dengan bermacam pajak. Penagnut aliran ini ingin kembali pada
ajaran nasrani, dan hanya mengakui injil sebagai satu-satunya sumber
kepercayaan. Mereka menyangkal kekuasaan Paus dan konsili-konsili
(permusyawaratan gereja), karena pertentangan itulah mereka disebut kaum
protestan.
Berbeda dengan humanisme yang bersifat aristokratis
(tertuju hanya kepada lapisan atas), dan membentuk sarjana; reformasi bersifat
lebih demokratis, tertuju kepada seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal
kepentingan, humanisme lebih tertuju pada kepentingan ilmu pengetahuan, estetika
dan filsafat, sedangkan dalam reformasi mengutamakan kepentingan agama dan
tidak setuju dengan filsafat Yunani. Bagi reformasi, bahasa latin dan Yunani
hanya untuk memahami injil. Beberapa tokoh reformasi:
Luther
Merupakan seorang reformator dari Jerman.
Pemikirannya dalam pendidikan:
a. semua
anak harus mengunjungi sekolah;
b. anak-anak
belajar hanya beberapa jam sehari, selebihnya waktu digunakan untuk mempelajari
pekerjaan tangan;
c. anak
perempuan belajar satu jam dalam sehari, selebihnya mereka mengerjakan
pekerjaan rumah tangga;
d. anak-anak
miskin yang betul-betul pintar saja yang disuruh belajar;
e. posisi
guru dihargai tinggi;
f. pelajaran
agama dianggap sebagai pelajaran paling penting.
Dalam karyanya, luther menterjemahkan injil dalam
bahasa Jerman dan memberikan lagu-lagu agama. Dalam perjuangannya ia banyak
mendapat bantuan dari raja-raja yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Paus
Roma. Dalam penyelenggaraan pendidikan, negara ikut bertanggungjawab atas
pengajaran, bukan lagi gereja seperti pada agama Katolik.
Calvijn
Dalam buku-bukunya ia banyak mengungkapkan tentang
pentingnya pendidikan, serta pengaruhnya di dalam rumah tangga dan pendidikan
agama. Dalam hal bahasa, Calvijn lebih mementingkan pelajaran bahasa latin. Di
Geneva didirikan sebuah gymnasium yang juga memberikan pelajaran rendah dan
satu sekolah tinggi.
Zwingli
Daerah yang dipengaruhi Zwingli lebih kecil
dibandingkan Luther maupun Calvijn. Dalam paham paedagogisnya, pelajaran bahasa
klasik adalah penting. Ilmu pengetahuan dan ilmu pasti harus diajarkan, tetapi
tidak boleh mengambil waktu terlalu banyak. Pendapatnya yang baru adalah bahwa
setiap murid harus mempelajari satu pekerjaan tangan. Ia mendirikan sekolah di
Zurich, yang kemudian menjadi universitas.
- Kontra Reformasi
Renaissance dialami pula oleh gereja katolik, yang
disebut sebagai kontra reformasi. Hal ini disebabkan oleh konsili di Trente
(1543-1563) yang memutuskan akan memperbaiki keadaan dan menjalankan disiplin
yang keras terhadap peraturan-peraturan gereja serta membela diri terhadap
serangan-serangan kaum protestan. Dalam konsili itu dibicarakan juga
usaha-usaha untuk memperluas pendidikan dan pengajaran. Para uskup harus
mendirikan sekolah-sekolah seminari untuk memberi kesempatan anak-anak dari
keluarga kurang mampu bisa masuk dengan gratis, untuk mendidik calon pendeta,
mengajarkan agama kepada anak-anak dan orang dewasa dalam bahasa ibu.
Organisasinya disusun seperti susunan ketentaraan
dengan paus sebagai “jenderalnya”. Biara menjadi sumber semangat perang untuk
memberantas keingkaran orang terhadap agama serta memperluas pengaruh agama
katolik dan memperkokoh kedudukan paus. Sekolah-sekolah banyak didirikan, mulai
dari sekolah rendah sampai dengan universitas.
Mazhab Yezuit di bawah pimpinan Ignatius de Loyola
menjadi pelopor dalam dunia pendidikan. rencana pendidikan kaum Yezuit tertera
dalam “ratio studiorum”
B.
PENDIDIKAN
PADA MASA REALISME
Aliran realisme muncul dalam bidang pendidikan
kurang lebih tahun 1600. Aliran ini bertujuan untuk:
- meninggalkan cara-cara pembentukan secara klasik, seperti yang dianjurkan oleh humanisme;
- mengarahkan perhatian kepada dunia nyata, kepada alam dan benda-benda yang sebenarnya
aliran ini muncul
disebabkan oleh:
- munculnya ilmu-ilmu kealaman; dan
- ambruknya sistim pengajaran yang bersifat humanistis.
Karena realisme inilah, dunia pengetahuan yang
sampai saat itu masih terpengaruh oleh ajaran Aristoteles mulai goyah.
Munculnya ilmu-ilmu kealaman disebabkan karena
manusia berambisi membongkar segala rahasia-rahasia alam. Manusia mulai
mempergunakan fikirannya dengan lebih mendalam. Segala peristiwa alam
diselidiki dan diamati. Maka muncullah penemuan-penemuan hebat, seperti
penemuan Copernicus yang menyatakan bahwa dunia ini berputar mengelilingi
matahari (bertentangan dengan pendapat sebelumnya, yaitu Ptolomaeus bahwa
bumilah yang menjadi pusat semesta alam). Banyak musafir yang menjelajah ke
segala jurusan untuk menemukan benua-benua baru. ketidaksanggupan ilmu-ilmu
klasik dalam menerangkan kenyataan-kenyataan itulah, maka dicari jalan baru.
Tokoh yang berperan
pada masa ini adalah:
Francis
Bacon (1561-1626)
Idenya dalam pendidikan
adalah:
a. usaha-usaha
untuk mencari metode baru;
b. penggunaan
metode induksi;
c. penghargaan
besar terhadap matapelajaran-matapelajaran realita: ilmu bumi, ilmu ayat, ilmu
alam;
d. penggunaan
bahasa ibu sebagai bahasa pengantar, nukan bahasa latin lagi.
Johan
Amos Comenius (1592-1671)
Hasil karyanya yang terkenal adalah DIDACTICA MAGNA,
yang menjelaskan tentang:
- tujuan pendidikan: pendidikan hendaknya diarahkan pada kehidupan di alam baka, dicapai dengan pembentukan ilmiah dan pendidikan budi pekerti serta kesalehan;
- metode: pendidikan harus disesuaikan dengan alam;
- hukum didaktik: kepastian; urutan yang tepat; kelancaran belajar; dan kecepatan belajar;
- pendidikan kesusilaan didasarkan pada ajaran-ajaran agama, bertujuan mencapai 4 kebajikan dari Plato (budi, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan).
C.
PENDIDIKAN
MASA PENCERAHAN (AUFKLARUNG)
Gejala-gejala baru muncul pada abad ke-18, terutama
pada pertengahan kedua dari abad itu. Seluruh kegiatan manusia saat itu
ditujukan kepada usaha mengadakan pencerahan terhadap abad kegelapan. Abad
kegelapan adalah ialah abad pertengahan, yang roh jamannya dianggap berakhir
setelah abad ke-18 tiba.
Pada masa ini manusia ingin bebas dari ikatan gereja
dan tradisi, hasilnya gereja dan negara terpisah. Dalam pendidikan, dituntut
agar negara yang harus menyelenggarakan pengajaran, terutama bagi rakyat umum,
lepas sama sekali dari pengaruh gereja (tuntutan ini baru berhasil pada akhir
abad ke-19).
Seluruh gerakan rohaniah dalam pelbagai lapangan
itulah yang disebut sebagai Pencerahan, yang telah menguasai alam pikiran orang
di Eropa Barat pada abad ke-18 dan ke-19. dua aliran maknawiyah yang berkembang
dan saling mempengaruhi saat itu adalah:
1.
Empirisme
Aliran ini beranggapan bahwa sumber dari segala
pengetahuan dan kebenaran adalah empiri atau pengalaman. Segala sesuatu harus
dicari dari bahan-bahan yang telah kita peroleh dari pengalaman kita sendiri.
Paham ini berasal dari Inggris, dipelopori oleh Francis Bacon (1561-1626).
Dalam paham ini, barangsiapa yang menghendaki ilmu
pengetahuan harus mengadakan penyelidikan sendiri. Ia harus mencari
gejala-gejalanya, kemudian menyusunnya dengan teliti dan dengan menempuh jalan
induksi sampai pada hukum-hukum yang umum. Oleh karena itu empiri dan induksi
merupakan satu-satunya jalan untuk memperoleh pengetahuan. Dengan penyelidikan
sendiri, pengamatan fakta-fakta dan pengalaman adalah terbesar maknanya. Aliran
ini kemudian lebih diperluas dan diuraikan oleh kaum empiris bangsa Inggris
lainnya, seperti John Locke, Berkeley, dan Hume.
2.
Rationalisme
Aliran ini lahir di Prancis dan Descartes
(1596-1650), berpendapat bahwa sesuatu itu dianggap benar jika sesuai dengan
akal fikiran. Fikiran manusia akan sanggup memecahkan segala persoalan. Untuk
menuju ke arah kemajuan dan kesempurnaan, ditempuh jalan fikiran yang sehat.
Rationalisme merupakan kelanjutan dari perlawanan
terhadap ajaran-ajaran yang bersifat dogmatis dan tradisi, yang mulai tampak
pada abad ke-15 dan ke-16. menurut rationalisme, pengetahuan yang diperoleh
dengan jalan pengamatan alat dria (induksi) masih diragukan kebenarannya. Yang
jelas dapat dipercaya adalah kenyataan, bahwa manusia itu berpikir. Ia berpikir
dengan akalnya, maka akal budinya itulah yang berkuasa dalam hidupnya.
Penyebab manusia berpikir tidak terletak pada
manusia sendiri, tetapi pada Tuhan. Yang mengatakan hal itu adalah budi atau
akal kita. Budi itulah yang menetapkan norma-norma hidup. Rationalisme
menempatkan budi itu di atas wahyu Ilahi. Budi menetapkan apa yang dapat kita
terima dan apa yang tidak, juga di lapangan agama.
Beberapa ahli pendidikan besar yang menguasai
paedagogik (ilmu mendidik) pada abad ke-18 di antaranya adalah:
John
Locke
Sistem pendidikannya sesuai dengan teori tabula-rasa,
percaya bahwa pendidikan itu maha kuasa. Jiwa seorang anak sama dengan sehelai
kertas putih yang kosong, yang dapat ditulisi sekehendak hati oleh pendidik,
sehingga semua pengetahuan datang dari luar karena pengaruh faktor-faktor
lingkungan. Locke tidak mempermasalahkan sama sekali pengaruh pembawaan si
anak. Dalam paedagogik, aliran ini disebut Paedagogis optimisme, sebagai lawan
dari paedagogis pessimisme (nativisme) yang menganggap bahwa perkembangan jiwa
itu adalah hasil daripada faktor pembawaan belaka. Bagi Locke bentuk pengajaran
yang terbaik adalah belajar sambil bermain. Nilai formil lebih penting daripada
nilai materiil, oleh karena itu Locke lebih mengutamakan pembentukan kesusilaan
daripada pembentukan akal.
Dalam pendidikan kesusilaan, manusia itu harus
selalu dapat menguasai diri sendiri dan memiliki rasa harga diri. Sejak kecil
anak harus dibiasakan berbuat baik, untuk itu
pendidik hendaknya memegang teguh kewibawaannya. Ia
tidak setuju dengan hukuman jasmani dan pemeberian hukuman.
Dalam pendidikan agama, Locke memperingatkan agar
pelaksanaan pendidikan keagamaan tidak berlebih-lebihan. Ia menganggap injil
tidak tepat bagi anak-anak, kecuali beberapa ceritera sebagai bahan bacaan
anak-anak. Pengaruh Locke di Inggris tampak di sekolah-sekolah bagi anak-anak
bangsawan (public school). Ajaran dan cita-citanya sebagian kita jumpai lagi
pada Rousseau dan kaum Philanthropijn.
J.J. Rousseau (1712-1778)
Cita-cita pendidikan Rousseau kita jumpai dalam
bukunya “Emile”, yang ditulisnya bagi golongan bangsawan dan kaum terpelajar.
Ketika itu anak-anak golongan tersebut mendapat pendidikan dari
gubernur-gubernur, yang tidak mengenal perkembangan anak yang sewajarnya dan
tidak memberikan kebebasan.
Tujuan pendidikan menurutnya adalah membentuk
manusia yang bebas dan merdeka. Sifat pendidikan yang dijalankan
individualistis, anak harus dijauhkan dari pengaruh masyarakat, bahkan dari
pengaruh orang tuanya.
Dasar pendidikannya adalah pembawaan anak yang baik.
Ia percaya bahwa anak sejak lahir berpembawaan baik. Jika kelak anak itu
berkelakuan buruk, hal itu disebabkan karena adanya pengaruh-pengaruh jahat
dari dunia sekitar/lingkungannya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Perkembangan pendidikan di abad pertengahan memiliki
tiga tahap masa perkembangan. “Masa Renaissance yang memiliki 3 aliran antara
lainhumanisme, reformasi, dan kontra reformasi”, “Masa Realisme” & “Masa Pencerahan (Aufklarung) yang memiliki 2
aliran antara lain: Empirisme dan Rationalisme”
B.
SARAN
Pendidikan pada masa abad pertengahan merupakan
gambaran tentang sejarah perkembangannya sebuah pendidikan yang kita alami
sekarang, jelas sudah bahwa selalu terjadi pembaharuan dari setiap masa kemasa
dengan tujuan yang sama adalah demi meningkatkan kualitas manusia. Saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kemajuan dan
kemanfaatan penulisan ini, akhirkata penulis mengucapkan terima kasih.
Wassallam.
DAFTAR
PUSTAKA
Beeby, C.E. (1982). Pendidikan di Indonesia,
Penilaian dan Pedoman Perencanaan. Jakarta: LemLit Pendidikan&Penerangan
Eko&Sos
Dyah Kumalasari. (2007). Dinamika Pendidikan
Indonesia Pada Masa Kolonial. Jurnal Istoria. Yogyakarta: Pendidikan Sejarah
FISE UNY
I. Djumhur. (1974). Sejarah Pendidikan. Bandung: CV
Ilmu
M. Ngalim Purwanto. (2002). Ilmu Pendidikan, Teoretis
dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mansur, Dahlan, dan M.Said. (1989). Mendidik dari
Zaman ke Zaman. Jakarta: PT.Rajawali Press
Palmer.A.Joy. (2003). 50 Pemikir Pendidikan: Dari
Piaget Sampai Masa Sekarang. Yogyakarta: Jendela
Soegiono. (1993). Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia.
Jakarta: CV. Ilmu
UU. No. 20 Tahun 2003
Zuhairini, dkk. (1997). Sejarah Pendidikan Islam.
Jakarta: Bumi Aksara
0 Response to perkembangan pendidikan pada abad pertengahan
Posting Komentar