MAKALAH PERENCANAAN DAN PENGADAAN BAHAN PUSTAKA


kelompok v
a m taufik amalros
hasniawati
nurlindah



stkip muhammadiyah bone
2013




















  
makalah
perpustakaan sekolah
perencanaan dan pengadaan bahan pustaka

 


BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin meningkat, kebutuhan pengguna akan informasi juga semakin meningkat pula, Teknologi Informasi sekarang telah menguasai masyarakat, yang dulu hanya mengandalkan buku-buku bacaan sekarang telah berkembang, para pencari informasi tidak hanya duduk dengan membaca beberapa buku namun hanya dengan bemodalkan teknologi laptop seseorang bisa menulusuri jagad raya dengan berbagai macam media yang telah dikemas dengan dalih perkembangan jaman teknologi informasi semua mudah dan gampang di akses. Sekarang di dunia maya ( intenet ) dari informasi terkecil sampai terbesarpun bisa kita cari, dulu buku hanya di cetak di penerbit-penerbit sekarang telah banyak buku-buku di desain, di upload di internet jadilah yang namanya e-book.
Perkembangan itu seharusnya menjadi acuan para pustakawan yang berkecipung di dunia perpustakaan untuk disikapi dengan sikap yang positif, jangan kita mundur untuk selalu memajukan perpustakaan, jadikan perpustakaan itu menjadi tempat basisnya informasi yang mudah dan gampang dicari oleh pengguna, untuk itu perlu disiasati agar perpustakaan tidak ditinggalkan pengguna yakni dimulai dengan suatu pengembangan/pengadaan koleksi yang benar-benar update.










BAB II
PEMBAHASAN

PENGADAAN
Pengadaan bahan-bahan pustaka adalah mengusahakan bahan-bahan pustaka yang belum dimiliki perpustakaan sekolah, dan menambah bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki perpustakaan sekolah tetapi jumlahnya masih terbilang sedikit atau kurang. Pengadaan bahan pustaka merupakan rangkaian dari kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan.
Dalam pengadaan bahan-bahan pustaka, guru pustakawan hendaknya meminta saran-saran, baik kepada Kepala Sekolah, guru-guru, maupun kepada murid-murid. Permintaan saran tersebut semua keputusan pengadaan terletak pada keputusan guru pustakawan yang semestinya mempertimbangkan apa yang sangad dibutuhkan dalam pengadaan bahan pustaka, keadaan keuangan, sarana dan prasarana perpustakaan sekolah. Hal ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menghindari bahan pustaka yang sebenarnya kurang bermanfaat bagi pengguna perpustakaan masuk ke dalam jajaran koleksi.
Untuk perpustakaan sekolah pada umumnya menerima dropping buku dari Pemerintah, baik buku pelajaran, buku-buku penunjang, maupun buku bacaan.
Perpustakaan adalah sebuah institusi/lembaga pengelola koleksi baik yang bersifat cetak maupun non cetak. Perpustakaan bukan lembaga lembaga yang mampu menghasikan uang namun lembaga yang mengeluarkan uang dan sangat membutuhkan uang. Hal ini sangatlah jelas karena perpustakaan adalah lembaga yang tumbuh dan berkembang baik koleksi, jasa dan manusianya. Maka dari masalah inilah pustakawan harus memikirkan atau merencanakan anggaran perpustakaan untuk memenuhi kebutuhannya. Seperti, gaji staf, keperluan operasional dan penambahan koleksi.
Salah satu yang dibutuhkan dan ini merupakan berkembang atau tidaknya perpustakaan yaitu pengadaan koleksi, karena kesediaan koleksi dapat mempengaruhi user. Bagaimana tidak jika perpustakaan tidak jika perpustakaan tidak menyediakan apa yang dibutuhkan oleh user, Koleksi yang diinginkan user tidak ada. Oleh karena itulah perlunya pengadaan banyak koleksi yang sesuai dengan keinginan user. Bagaimana kita bisa mengetahui apa yang diinginkan user? Itu dapat diketahui dari pelayanan perpustakaan, maka dari itu biasanya sebuah perpustakaan biasanya memberi pengumuman “ buku yang sudah dibaca letakkan ditrolli ”, hal ini bermanfaat agar disampingkan agar pustakawan mudah mengontrol buku agar tidak ditempatkan user sembarangan juga bermanfaat untuk mengetahui buku mana yang biasa dibaca user dan dibutuhkan user.
Di dalam tulisan ini sebelum membahas tentang pengadaan terlebih dahulu membahas tentang anggaran. karena tentunya untuk mengadakan koleksi tentu perlu anggaran dana dahulu.
Dalam perencanaan pengadaan barang-barang pustaka, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru pustakawan, langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
Inventarisasi bahan-bahan pustaka yang harus dimiliki.
Untuk menginventarisasi bahan-bahan pustaka ini guru pustakawan bisa berpedoman kepada buku-buku yang memuat daftar bahan pustaka. Buku tersebut dapat diperoleh salah satunya dari penerbit-penerbit buku, dalam katalog buku (daftar buku) terdapat bermacam-macam judul buku. Ciri-ciri setiap judul dijelaskan secara terinci, seperti pengarangnya, penerbitnya, kota terbitnya, tahun terbitnya, jumlah halaman, ukuran buku, harganya, bahakan uraian singkat isi bukunya. Hal ini mempermudah guru pustakawan apabila sewaktu-waktu akan memesan buku-buku tertentu kepenerbit. Cara lain yang dapat ditempuh oleh guru pustakawan untuk memperoleh daftar buku atau katalog buku adalah menghubungi lembaga-lembaga tertentu yang memang sering keli mengeluarkan atau menerbitkan buku-buku. Di Indonesia ada banyak lembaga yang menerbitkan buku-buku, antara lain Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Biro Pusat Statistik, LP3ES, UNESCO.  
Inventarisasi bahan-bahan pustaka yang dimiliki.
Untuk menginventarisasi bahan-bahan pustaka ini guru pustakawan bisa berpedoman kepada buku induk perpustakaan sekolah. Apabila perpustakaan sekolah tersebut belum memiliki buku induk maka guru pustakawan harus menginventarisasi semua bahan-bahan pustaka, dan tentu akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu sedini mungkin semua bahan-bahan pustaka harus dimasukkan ke dalam buku induk. Selain itu kiranya akan lebih baik apabila penginventarisasiannya digolong-golongkan menurut subyek atau jenisnya sehingga dapat diketahui bahan-bahan pustaka subyek atau jenis mana yang terasa sangat dibutuhkan oleh perpustakaan sekolah.
Analisis kebutuhan bahan-bahan pustaka.
Berdasarkan inventarisasi di atas guru pustakawan sudah bisa menginventarisasi bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan. Bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan itu yang dimaksud adalah bahan-bahan yang seharusnya dimiliki atau tersedia di perpustakaan, tetapi bahan-bahan pustaka tersebut belum dimiliki oleh di perpustakaan sekolah. Cara yang dapat ditempuh untuk menganalisis bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan adalah membandingkan antara inventarisasi bahan pustaka yang harus dimiliki dengan hasil inventarisasi bahan-bahan pustaka yang sudah dimiliki.
Menetapkan prioritas.
Apabila hasil analisis kebutuhan bahan-bahan pustaka menunjukkan bahwa bahan-bahan pustaka yang dibutuhkan sangat banyak, sementara dana yang ada tidak cukup, maka perlu dibuatkan prioritas dari seluruh bahan pustaka yang dibutuhkan, sehingga dapat ditetapkan bahan-bahan pustaka yang mana yang harus segera diusahakan.
Ada beberapa hal yang perlu dijadikan dasar pertimbangan dalam menetapkan prioritas, antara lain:
a.    Kurikulum sekolah
b.    Bakat dan minat murid-murid
c.    Pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan murid-murid
d.   Tingkat usia murid-murid
e.    Sumber-sumber pengadaan bahan pustaka
f.     Keadaan ruang dan peralatan perpustakaan sekolah yang tersedia
g.    Anggaran yang tersedia untuk pengadaan bahan-bahan pustaka.
Menentukan cara pengadaan bahan-bahan pustaka
Langkah terakhir dalam perencanaan pengadaan bahan-bahan pustaka adalah menentukan cara pengadaannya. Jadi setelah menentukan buku-buku mana yang harus segera diusahakan, maka ditentukan cara pengadaannya, mungkin dengan cara membeli , hadiah, menyewa dan sebagainya.
Pada umumnya bahan-bahan pustaka yang berupa buku merupakan bantuan atau ‘dropping’ dari Pemerintah, tetapi bantuan tersebut terbatas dan tidak selalu ada, sehingga guru pustakawan dituntut untuk mengusahakan bahan-bahan pustaka dengan cara lain.
Ada beberapa cara yang ditempuh oleh guru pustakawan untuk memperoleh bahan-bahan pustaka, antara lain dengan cara membeli, hadiah atau sumbangan, tukar menukar, meminjam dan membuat sendiri.
ANGGARAN
Anggaran adalah unsur utama. untuk menjalankan perpustakaan tanpa, anggaran perpustakaan tidak mungkin dapat dikelola dan dioperasionalkan dengan sempurna, meskipun sistemnya. bagus dan. pustakawannya. bermutu. Maka, semua. Pustakawan harus mau dan mampu ikut ambil bagian dalam perencanaan biaya yang diperlukan. Untuk mengoperasikan suatu Perpustakaan.
Anggaran dan keuangan keuangan unit informasi tergantung pada status hukum serta jenis unit informasi. Dengan demikian terdapat perbedaan pula besar anggaran antara pusat informasi nasional terkomputer dengan perpustakaan sekolah.
Butir utama pengeluaran yang membutuhkan dana ialah:
1.      Gaji staf dan anggaran yang terkait. Ini adalah mata anggaran yang paling besar, dan kadang mencapai separuh anggaran total.
2.      Pengadaan dokumen. Di dalam perpustakaan biasa disebut pengadaaan koleksi yang menjadi anggaran terbesar kedua setelah gaji pegawai. Kadang anggaran ini lebih besar dari gaji pegawai.
3.      Pengeluaran untuk pengolahan. Misalnya penggunaan komputer
4.      Alat tulis termasuk bahan habis pakai
5.      Perlengkapan ( perawatan, pemeliharaan, penggantian)
6.      Premis gedung. Ini menyangkut masalah pembangunan. Hanya penting untuk unit informasi yang besar saja.
7.      Komunikasi ( menyangkut surat menyurat, telepon, telex dan angkutan)
8.      Biaya umum ( kebersihan, listrik)
9.      Pengeluaran untuk sub-kontraktor. Yaitu mata anggaran ini penting bilamana fungsi tertentu ( misalnya pengolahan computer) dikontrakkan pada badan luar atau bila tugas tertentu yang hanya dilaksanakan oleh pihak luar berdasarkan kontrak(Sulistyo-basuki:1991:215-216).
Mengenai alokasi anggaran ini tidaklah sama tergantung perpustakaan misalnya perpustakaan universitas, 40% anggaran digunakan untuk pengadaan buku dan bahan pustaka lainnya, 50% untuk gaji pegawai, dan 10% untuk penjilidan, asuransi dan lainnya. Jadi mengenai anggaran.
Pengembangan koleksi merupakan proses memastikan bahwa kebutuhan informasi dari para pemakai akan terpenuhi secara tepat waktu dan tepat guna dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi yang dihimpun oleh perpustakaan. Sumber-sumber informasi itu tersebut harus dikembangkan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi perpustakaan dan masyarakat yang dilayaninya.
Kondisi lokal ( Faktor intern ) yang mempengaruhi proses pengembangan koleksi menurut Magril and Corbin ( 1989:16 ) ada lima hal dalam proses pengembangan koleksi yaitu
1.      Masyarakat atau Institusi
2.      Tujuan dari perpustakaan
3.      Kelompok masyarakat/masyarakat yang harus dilayani
4.      Koleksi yang telah ada
5.      Sumber daya yang tersedia yang meliputi sumber daya manusia, dana, bahan yang tersedia, serta alat bantu untuk indentifikasi dan evaluasi yang tersedia.




Dalam melakukan pengembangan/pengadaan koleksi hal-hal yang harus dijadikan
acuan yakni :
KEBIJAKAN KOLEKSI
Pengembangan koleksi tidak hanya mencakup kegiatan pegadaan bahan pustaka tetapi juga menyangkut masalah perumusan kebijakan dalam memilih dan menentukan bahan pustaka mana yang akan diadakan serta metode-metode apa yang akan diterapkan, kebijakan pengembangan koleksi merupakan alat perencanaan dan sarana untuk mengkomunikasikan tujuan dan kebijakan pengembangan koleksi. Agar kebijakan dapat dilaksanakan secara terarah dan tertulis, tanpa adanya kebijakan tertulis kesalahpahaman akan tejadi sehingga pengembangan koleksi ke arah koleksi tidak akan terpenuhi.
Qalyubi ( 2007 : 78-79) menyatakan Kebijakan koleksi tertulis berfungsi :
a.       Menjelaskan cakupan koleksi yang telah ada dan rencana pengembangan selanjutnya agar diketahui oleh staff, pemakai dan dewan pembina
b.      Memberi Diskripsi yang sistematis tentang strategi pengelolaan dan pengembangan koleksi yang diterapkan di perpustakaan
c.       Menjadi pedoman bagi para pustakawan sehingga ketaatan dalam proses seleksi dan diseleksi terjamin
d.      Menjadi standard atau tolok ukur untuk menilai sejauh mana sasaran pengembangan koleksi telah tercapai
e.       Berfungsi sebagai sumber informasi dan panduan bagi staf yang baru mulai berpatisipasi dalam pengembangan koleksi
f.       Memperlancar koordinasi antaranggota, staf pengambangan koleksi.
g.      Memperlancar kerjasama antar perpustakaan
h.      Membantu menjaga kontinuitas, khususnya apabila koleksi besar, serta menjadi kerangka kerja.
i.        Membantu pustakawan menghadapi pengaduan berkenaan dengan bahan yang telah diseleksi atau ditolak.
j.        Mengurangi pengaruh selektor tertentu
k.      Membantu mempertanggungjawabkan alokasi anggaran
l.        Menjadi sarana komunikasi yang baik dengan masyarakat.
SELEKSI
Seleksi adalah tindakan, cara, atau proses memilih. Menurut (Magrill and Corbin :1989:1) proses seleksi merupakan kegiatan untuk mengindentifikasi rekaman informasi yang akan ditambahkan pada koleksi yang sudah ada.
a. Langkah-langkah;
1)      Pelaksana seleksi mengidentifikasi kebutuhan koleksi dalam hal subjek dan jenis materi yang spesifik
2)      Penentuan alokasi dana pengembangan koleksi
3)      Penentuan prioritas kebutuhan
4)      Penelusuran materi koleksi
b. Pelaksana seleksi;
1)      Pustakawan
2)      Spesialis subjek
3)      Pimpinan organisasi
4)      Komisi perpustakaan
5)      Anggota lainnya
c. Kriteria untuk menjadi penangung jawab pemilihan buku yang baik, yaitu :
1)      Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada di pasaran
Seorang penyeleksi harus mengenal dan tau tentang koleksi-koleksi apa saja yang sedang diminiati masyarakat.
2)      Memahami tujuan dan fungsi perpustakaan
Penyeleksi selain mengetahuai buku yang beredar di pasaran juga harus tahu dan memahami tujuan dan fungsi perpustakaan
3)      Mengenal kebutuhan pengguna Penyeleksi
Harus mampu mengenal kebutuhan pengguna, buku-buku apa saja yang harus disediakan itu tujuannya adalah agar pengguna puas dengan layanan yang diberikan oleh perpustakaan
4)      Mengenal prinsip-prinsip seleksi
Penyeleksi harus mampu dan mengetahui prinsip-prinsip seleksi yang dibagi menjadi 3 pandangan yakni
a. Pandangan tradisional
Prinsip ini mengutamakan nilai interinsik untuk bahan pustaka yang akan di koleksi perpustakaan, yakni titik tolaknya adalah penyeleksi harus mengetahui bahwa perpustakaan adalah tempat untuk melestarikan warisan budaya dan sarana untuk mencerdaskan masyarakat
b. Pandangan Liberal
Prinsip seleksi ini pemilihan didasrkan akan prioritas artinya kualitas tetap diperhatikan tetapi dengan lebih mengutamakan pemilihan karena sering dibaca.
c. Pandangan pluralistik
Prinsip yang dianut pandangan ini berusaha mencari keselarasan dan keseimbangan diantara kedua pandangan baik tradisional dan liberal.
5)      Mengenal dan mampu menggunakan alat bantu seleksi
Penyeleksi harus mengetahui alat bantu selsksi misalnya katalog penerbit, katalog penerbit ini adalah salah satu alat bantu untuk menentukan buku apa saja yang akan dibeli.
6)      Memahami berbagai kendala yang ada
Penyeksi harus mampu mengetahui kendala-kendala apa saja yang dimiliki oleh perpustakaan semisal dana yang dimiliki oleh perpustakaan itu. Sehingga dengan mengetahui kendala itu maka kita bisa mengambil suatu kebijakan sesuai dengan kemampuan itu.
d. Kriteria untuk menjadi pelaksana pemilih buku (selektor) yang baik :
Menurut (Sulistyo-Basuki : 1991: 42) menyatakan bahwa kreteria untuk menjadi selektor harus memiliki kecakapan sebagai berikut:
1)      Menguasai sarana bibliografi yang tersedia, paham akan dunia penerbitan khususnya mengenai penerbit, spesialisasi para penerbit, , kelemahan mereka, standar, hasil terbitan yang ada selama ini dan sebagainya
2)      Mengetahui latar belakang para pemakai perpustakaan
3)      Memahami kebutuhan pemakai
4)      Personel pemilihan bersifat netral, tidak bersifat mendua, menguasai informasi, dan memiliki akal sehat dalam pemilihan buku
5)      Pengetahuan mendalam mengenai koleksi perpustakaan
6)      Mengetahui buku melalui proses membuka-buka buku ataupun proses membaca.
Selektor juga harus memiliki subjektivitas ketika menjalankan proses seleksi tidak ada keberpihakan terhadap satu pihak, tidak mengutamakan kepentingan sendiri. Menurut (Evans : 1997:121) Seorang penyeleksi harus menjelaskan bahwa falsafah pribadi dapat diwujudkan dengan memahami bagaimana sesungguhnya menjadi selektor yang baik diantaranya adalah seorang selektor bisa menilai secara independen judul-judul tertentu serta membandingkan dengan tinjauan di majalah-majalah yang di temukan
SUMBER-SUMBER PENGADAAN
a. Pembelian
Cara ini adalah salah satu upaya perpustakaan untuk meningkatkan jumlah koleksi namun ini semua tergantung dari anggaran dana yang ada, dan sangat mendukung maka mudah bagi tim seleksi untuk melakukan proses seleksi dan pembelian buku-buku yang dirasa perlu.
Menurut (Depag: 2003:17) menyatakan bahwa bila perpustakaan menginginkan koleksi tetap segar maka perlu kiranya ada penambahan jumlah jilid setiap tahun tidak bolek kurang dari 5% dari jumlah jilid seluruh koleksi perpustakaan.
Untuk itu cara pengadaan dengan pembelian merupakan suatu alternatif bagi perpustakaan untuk menambah koleksi perpustakaan Pembelian bisa dilakukan dengan cara :
1.      Membeli langsung ke toko buku
Dengan membeli di toko buku kita bisa memperkirrakan dana yang perlu dikeluarkan untuk membeli buku-buku yang kita inginkan, biasanya cara-cara seperti ini dilakukan oleh perpustakaan perpustakaan yang memiliki dana minim. Menurut (Yulia : 1994:44) menyatakan adapun kemudahan yang diperoleh dengann cara pembelian ke toko buku adalah bahwa kita dapat melakukan efisiensi atau penghematan biaya, waktu dan tenaga
2.      Melalui Penerbit
Melakukan pembelian dengan datang atau bekerjasama langsung dengan penerbit memang sangat menguntungkan, karena perpustakaan benar-benar mendapatkan buku dengan harga murah dari penerbit
3.      Agen buku
Pembelian dengan bekerjasama dengan agen buku yang disebut pula dengan jobber atau vendor, jobber dan vendor ini adalah perantar antara penerbit dan pembeli yang biasanya untuk pembelian ke luar negeri dan ini banyak dilakukan oleh perpustakaan karena dengan bekerjasama dengan vendor semua kebutuhan akan koleksi sangat mudah didapat
b. Hadiah
Menurut (FKBA: 2001:35) Ada dua perolehan hadiah yaitu hadiah atas usulan dan hadiah tanpa diminta, hadiah yang diminta sudah melalui proses seleksi sehingga diharapkan sesuai dengan kebutuhan , sedangkan hadiah tanpa diminta sering tidak cocok dengan tujuan perpustakaan penerima sehingga perlu diseleksi lebih jauh untuk dijadikan koleksi perpustakaan
c. Tukar Menukar
Kegiatan tukar menukar koleksi umumnya dilakukan dengan saling mengirimkan terbitan antar perpustakaan, namun dapat juga dilakukan perpustakaan yang memiliki koleksi yang dianggap jumlah exemplarnya berlebih pada setiap judulnya. Unit yang biasanya melakukan proses tukar menukar yakni adalah unit pengadaan,
menurut (yulia:1994:55) Unit ini juga biasanya ikut serta dalam pemilihan bahan pustaka yang diharapkan dapat diterima dengan melalui pertukaran, melakukan penelusaran bibliografi yang perlu untuk menemukan bahan-bahan pertukaran serta merencanakan dan menorganisasikan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan tukar menukar.


d. Wakaf
Pengadaan ini biasanya dilakukan oleh perpustakaan pondok pesantren, maupun perpustakaan perguruan tinggi yang basicnya adalah agama, model-nya adalah apabila pemimpin atau kyai memiliki buku koleksi pribadinya banyak maka alternatif yang dilakukan agar buku koleksi pribadinya tidak menumpuk di ruang kerja/rumah yakni dengan mewakafkan koleksi bukunya kepada perpustakaan-perpustakaan.
Banyaknya buku-buku agama (bahkan sudah tidak terbit lagi ) yang dimiliki oleh para pendukung pesantren dan para ulama akan memiliki nilai kemanfaatan yang tinggi apabila diwakafkan kepada perpustakaan, di perpustakaan buku itu akan banyak dibaca orang dan pemiliknya masih bisa meminjam buku tersebut. ( Depag : 2003: 18)
JENIS-JENIS BAHAN PUSTAKA
            Jenis-jenis bahan pustaka ditinjau dari bentuk fisiknya, yaitu:
1.      Bahan-bahan pustaka berupa buku-buku, seperti buku tentang psikologi, buku Bahasa Indonesia, buku-buku tentang ilmu pengetahuan sosial, buku-buku tentang agama, buku-buku tentang ilmu pengetahuan alam.
2.      Bahan-bahan pustaka bukan berupa buku, seperti surat kabar, majalah, peta, globe, piringan hitam.
Bahan-bahan pustaka yang bukan berupa buku ini dapat dibagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a.         Bahan-bahan tertulis, seperti surat kabar, majalah, brosur, laporan, karangan-karangan, kliping.
b.        Bahan-bahan berupa alat pengajaran, seperti piringan hitam, radio, tape recorder, filmslide, projektor, filmstrip projektor, E-book, E-journal.
Jenis-jenis bahan pustaka ditinjau dari isinya, yaitu:
a.         Bahan-bahan pustaka yang isinya fiksi atau disebut buku-buku fiksi, seperti buku cerita anak-anak, cerpen, novel, novelet, roman, drama, puisi, pantun, syair.
b.        Bahan-bahan pustaka yang isinya non fiksi atau disebut buku-buku non fiksi, seperti buku referensi, kamus, biografi, ensiklopedi, majalah, dan surat kabar.
Karya Cetak
Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, seperti:
a. Buku
Buku adalah bahan pustaka yang merupakan suatu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar UNESCO tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya buku fiksi, buku teks, dan buku rujukan.
Beberapa jenis buku antara lain sebagai berikut:
1.      Buku teks (buku wajib), yang telah digariskan oleh pemerintah. Contoh: Berbagai buku wajib yang dikeluarkan oleh pemerintah yang digunakan di SD, SMP, SMA serta penunjang perkuliahan.
2.      Buku Penunjang; buku pengayaan yang telah mendapat rekomendasi dari pemerintah untuk digunakan di sekolah-sekolah, dan buku penunjang untuk kalangan mahasiswa tentang bidang tertentu.
3.      Buku fiksi serta buku bergambar yang dapat mempengaruhi rasa ingin tahu dan dapat mengembangkan imajinasi anak didik.
4.      Buku popular (umum), merupakan buku yang berisi ilmu pengetahuan secara umum dan popular.
5.      Buku rujukan (referens) merupakan buku yang menggambarkan isi yang tidak mendalam dan kadang-kadang hanya memuat informasi tertentu saja seperti arti kata. Buku rujukan(referens) tidak perlu dibaca secara keseluruhan sehingga cara penyusunannya berbeda dengan susunan buku.
b. Terbitan berseri
Bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus dengan jangka waktu terbit tertentu. Bahan pustaka yang termasuk terbitan berseri adalah harian (surat kabar), majalah (mingguan, bulanan dan lainnya), laporan yang terbit dalam jangka waktu tertentu, seperti laporan tahunan, tri wulanan, dan sebagainya.
Karya Noncetak
Karya noncetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan tidak dalam bentuk cetak seperti buku atau majalah, melainkan dalam bentuk lain seperti rekaman suara, rekaman video, rekaman gambar dan sebagainya. Istilah lain yang dipakai untuk bahan pustaka ini adalah bahan non buku, ataupun bahan pandang dengar. Karya noncetak terdiri dari beberapa jenis, diantaraya adalah sebagai adalah sebagai berikut :
a. Rekaman suara
Yaitu bahan pustaka dalam bentuk pita kaset dan piringan hitam. Sebagai contoh untuk koleksi perpustakaan adalah buku pelajaran bahasa inggris yang dikombinasikan dengan pita kaset.
b. Gambar hidup dan rekaman video
Gambar hidup dan rekaman suara terdiri dari film dan kaset video. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan. Misalnya untuk pendidikan pemakai, dalam hal ini bagaimana cara menggunakan perpustakaan.
c. Bahan Grafika
Ada dua tipe bahan grafika yaitu bahan pustaka yang dapat dilihat langsung (misalnya lukisan, bagan, foto, gambar, teknik dan sebagainya) dan yang harus dilihat dengan bantuan alat (misalnya slide, transparansi, dan filmstrip).
d. Bahan kartografi
Bahan kartografi terdiri dari peta, atlas, bola dunia, foto udara, dan sebagainya.
Karya Dalam Bentuk Elektronik
Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan ke dalam media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya.
Karya dalam bentuk elektronik ini biasanya disebut dengan bahan pandang dengar (audio visual) juga merupakan koleksi perpustakaan. Bahan pandang dengan memuat informasi yang dapat ditangkap secara bersamaan oleh indra mata dan telinga. Oleh sebab itu bahan pandang dengar merupakan media pembawa pesan yang sangat kuat untuk bisa ditangkap oleh manusia.
Contoh: video, kaset, piringan hitam, CD-ROM, VCD, slide, dan film.
INVENTARISASI
Setiap koleksi yang datang perlu dicatat didalam buku inventarisasi sehingga tiap-tiap koleksi memiliki nomer inventarisasi sendiri, pencatatan dapat dilakukan dengan buku folio bergaris yang dipakai dengan kedua sisinya atau menggunakan kartu-kartu dengan bentuk isian yang telah ditentukan.
Inventarisasi merupakan suatu kegiatan untuk mencatat pustaka yang menjadi milik perpustakaan, data bibliografis perlu dicatat secukupnya sebagai bahan statistik, evaluasi, dan jawaban kuisioner yang tidak boleh dilupakan disini adalah memberi cap tanda milik perpustakan, karena prosedur awal yang dilakukan oleh pustakawan yang terlibat dalam proses inventarisasi adalah memberi stempel pada buku, baik stempel berkenaan dengan tanda milik perpustakaan, stempel register buku, dan perlengkapan-perlengkapan lain seperti lidah buku, label. Pemberian stempel ini di bubuhkan di halaman-halaman yang telah ditentukan sesuai dengan kebijakan perpustakaan itu sendiri.
Contoh stempel register buku:











PENYIANGAN
Kebijakan khusus perlu dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara tempat, koleksi yang selalu bertambah dengan koleksi yang dibutuhkan oleh pengguna. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui kegiatan penyiangan. Penyiangan merupakan pemindahan koleksi dari koleksi aktif perpustakaan dengan tujuan menyingkirkan atau mengirim ke tempat penyimpangan. Koleksi yang jarang digunakan dapat dikirim ke tempat penyimpanan sehingga dapat mengurangi masalah tempat dan membuat pelayanan koleksi menjadi mudah. Pengguna lebih mudah menemukan bahan pustaka yang up to date dan menarik. Koleksi perpustakaan disiangi karena faktor isi yang sudah tidak menarik atau kuno, kondisi fisik yang secara umum tidak sempurna, misalnya sobek, dicoret-coret. Selain itu pola pemakaian koleksi yang kecil frekuensinya atau menurun dapat dijadikan alasan mengapa subuah koleksi disiangi. Atau bisa juga kombinasi dari ketiga faktor tersebut menjadi alasan penyiangan koleksi.
Tujuan dari dari penyiangan untuk membasmi buku yang tidak terpakai lagi. Bisa dengan mengberikan kepada perpustakaan yang lain yang koleksinya belum memadai atau masih kurang. Sehingga mempermudah penulusuran buku yang sering dipakai.



BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Cara pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan membeli, hadiah, hibah, menyewa dari perpustakaan sekolah lain, dan sebagainya. Namun semua harus berkaitan erat dengan anggaran, karena tidak selamanya pengadaan bahan pustaka diperoleh melalui jalan bantuan dari pihak tertentu.
Pengadaan bahan pustaka adalah sesuatu yang penting di dalam sistem perpustakaan, karena mampu menunjang serta memperbarui bahan pustaka yang sudah tidak terguanakan ataupun rusak.
Pengadaan pustaka haruslah seimbang dengan update perkembangan pendidikan di sekolah-sekolah.
SARAN
Pelayanan pengadaan bahan perpustakaan lebih ditingkatkan lagi baik itu buku-buku koleksi dan buku penunjang lainnya agar informasi yang ada di perpustakaan sekolah lebih dapat berkembang bagi siswa-siswi warga sekolah. Dengan adanya bahan pustaka yang memadai siswa dapat belajar dan mencari informasi yang diinginkan. Bahan pustaka yang dapat menunjang kegiatan belajar siswa adalah bahan pustaka yang secara terus-menerus ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya. Oleh karena itu pengadaan bahan pustaka perlu terus dibenahi dan dikembangkan pengadaannya di dalam lingkungan perpustakaan sekolah.










DAFTAR PUSTAKA

Evans, G. Edward. 1995. Developing Library and Information Centre Collection 3. Colorado: Libraries unlimited.
Forum kajian budaya dan Agama. 2001. Pedoman Pengelolaan Perpustakaan Madrasah. Yogyakarta. BEB
Indonesia, Departemen Agama. 2003. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan di Pondok pesantren. Jakarta. Ditkekapotren Depag.
Magrill, Rose Mary and John Corbin. 1989. Acquistion management Collection Developmentin Libraries. Chicago. American Library Chicago.
Qalyubi, Syihabuddin. 2007. Dasar-dasar ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta. Jurusan Ilmu perustakaan fakultas Adab.
Sulistyo-basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yulia, Yuyu,. 1994. Pengadaan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka


0 Response to MAKALAH PERENCANAAN DAN PENGADAAN BAHAN PUSTAKA

Posting Komentar